Minggu, Juli 26, 2009

Yuk Sekolahkan Anak Sejak Dini!

Untuk Anda calon ibu muda, sudah harus memperhatikan pendidikan si kecil sejak dini. Menurut data, perkembangan berpikir anak berkembang pesat saat balita. Ini juga bisa membuat si anak giat sekolah sampai dewasa kelak.

Siang itu matahari bersinar terik. Anisa yang telah memakai seragam merah putih berangkat ke sekolah di sebuah desa di pedalaman Jawa Barat. Mulutnya terus terkatup, ketika guru memintanya untuk mengulang pelajaran berhitung yang sederhana. Dia bahkan sama sekali tidak membuka mulutnya untuk menjawab beberapa pertanyaan gurunya. Anisa sulit sekali diajak komunikasi. Dia tampak pasif dan penakut. Beda dengan Tomi walau sama-sama kelas satu SD, tapi Tomi lebih berani dan aktif. Anisa dan Tomi hanyalah contoh kecil, anak yang tidak ikut dan ikut PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Mengapa pendidikan anak usia dini menjadi penting? Dari berbagai penelitian tentang anak menunjukkan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun dan sisanya 20 tahun pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.

Data dari Unicef juga menunjukkan bahwa anak-anak yang mengulang kelas adalah anak-anak yang tidak mengikuti PAUD sebelum masuk SD. Mereka adalah anak yang belum siap dan tidak dipersiapkan oleh orang tuanya memasuki SD. Adanya perbedaan yang besar antara pola pendidikan di sekolah dan di rumah menyebabkan anak yang tidak masuk pendidikan usia dini mengalami kejutan sekolah dan mereka mogok sekolah atau tidak mampu menyesuaikan diri sehingga tidak dapat berkembang secara optimal. Ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak usia dini.

Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya PAUD (0-6 th) masih rendah, terutama di desa-desa dan daerah pedalaman. Rendah karena kurangnya sosialisasi dan terbatasnya sarana dan prasarana.

Siapapun dan di mana pun mereka, anak-anak punya hak yang sama untuk mengecap pendidikan demi menyongsong masa depan mereka yang lebih baik. Karena dipundak merekalah nasib bangsa ini dipertaruhkan. (Sumber: detikhot.com)

Aku Ingin Jadi Guru

Cica nama balita itu. Tubuhnya kecil untuk anak usia 4 tahun. Alisnya tebal menutupi matanya yang kecil, tapi menyiratkan semangat. Setiap pagi dia diantar neneknya bersekolah di Taman Posyandu desa Benda, daerah Sukabumi. Orang tuanya bekerja sebagai buruh di perusahaan konveksi yang khusus membuat jaket. Cica baru 3 bulan sekolah di Taman Posyandu ini. “Setiap pagi dia minta cepat-cepat mandi untuk pergi ke sekolah. Kalau hari libur, dia sedih,” kata nenek Cica.

Cica adalah salah satu dari puluhan anak balita di pelosok desa yang mempunyai hak yang sama dengan anak-anak balita lainnya di kota untuk mengecap pendidikan agar masa depan mereka jadi lebih baik.

Satu generasi ke depan, negara kita akan diwariskan kepada anak-anak balita yang ada sekarang. Akan menjadi seperti apa negara ini nantinya adalah hasil dari usaha dan pikiran mereka. Kita sebagai generasi sekarang tentunya ingin bangsa dan negara ini akan terus maju dan berkembang pesat di kemudian hari karena upaya kerja keras dan kecerdasan mereka. Oleh karenanya, pendidikan amatlah penting bagi para calon penerus masa depan bangsa kita. Tentu saja pendidikan ini haruslah dimulai sedini mungkin, sehingga perkembangan kecerdasan serta pendidikan mereka dapat dilakukan semaksimal mungkin sesuai dengan potensi mereka.

Berbagai penelitian membuktikan, usia dini (0-6 tahun) merupakan periode atau masa keemasan (the golden age) yang sangat menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Kecerdasan anak mencapai 50 persen pada usia 0 – 4 tahun, sebanyak 80 persen pada usia delapan tahun, dan mencapai 100 persen pada usia 18 tahun. Ini berarti masa emas seorang anak berada pada usia dini, sebelum berusia 7 tahun. Pada masa ini, seorang anak mampu menyerap ide dan pengetahuan jauh lebih kuat daripada orang dewasa.

Sayangnya, belum semua orangtua, dengan berbagai alasan baik ekonomi ataupun sosial, menyadari potensi genetis anak di usia dini. Hingga akhir 2008, Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)baru sekitar 50,03 persen dari 29,8 juta anak*. Dengan demikian, hampir separuh dari jumlah anak usia dini yang ada di negeri ini belum memperoleh layanan pendidikan.

Pemerintah saat ini memang sedang menggalakkan upaya peningkatan layanan PAUD agar lebih merata serta lebih berkualitas. Namun tentu saja upaya ini memerlukan waktu mengingat masih banyaknya daerah yang mampu merealisasikannya. Anak-anak itu perlu tumbuh menjadi sumber daya yang amat berharga dalam membangun bangsa ini di masa depan. Haruskah mereka yang tidak memiliki akses dan kesempatan saat ini menjadi bagian dari generasi yang hilang?

Jadi, maukah anda berpartisipasi untuk menolong mereka. Saatnya bagi kita untuk membangun bangsa ini dengan mengulurkan tangan sekarang untuk hasil yang lebih baik di kemudian hari? Selamatkan generasi penerus bangsa dengan membantu mereka mendapatakan PAUD, demi sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan.

* Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal Pendidikan Formal dan Informal (PNFI), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). (Sumber: detikhot.com)