Senin, Juli 27, 2009

Meningkatkan Kemampuan Otak dengan Buah Kiwi

SIAPA yang menyangka jika buah kiwi yang diselimuti bulu-bulu halus pada kulitnya, mengandung banyak sekali manfaat yang berguna untuk kecantikan dan kesehatan. Salah satu contohnya adalah sebagai antioksidan. Selain itu, buah kiwi ternyata juga bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan otak.

Meski di Indonesia, buah kiwi belum begitu populer seperti halnya jenis buah-buahan yang lain, kandungan vitaminnya cukup lengkap. Dalam dunia kedokteran, kiwi dapat diubah menjadi sebuah senyawa yang memiliki kemampuan mengikat kanker. Satu buah kiwi sudah cukup untuk memenuhi persyaratan konsumsi vitamin C orang dewasa.

Kandungan vitamin C dalam buah kiwi lebih besar dua kali lipat dari buah jeruk dan 17 kali lipat dibandingkan buah apel. Selain itu, buah kiwi juga mengandung vitamin B1, B2, B6, dan, E. Peran vitamin C dan E dalam kiwi berfungsi sebagai antioksidan, zat penangkal radiasi bebas penyebab penuaan dan pencegah sel kanker. Tingginya kandungan vitamin C dalam kiwi menjadikan buah ini dapat mempertahankan tubuh dan serangan flu dan stres.

Rasa buah kiwi yang manis bercampur sedikit masam, mampu memberikan kesegaran tersendiri saat dikonsumsi. Buah kiwi juga bisa disajikan dalam berbagai olahan, seperti puding, es krim, kue tart atau yogurt. Seperti jenis buah-buahan yang lain, sebaiknya buah ini dikonsumsi saat masih segar, karena kandungan gizi yang ada di dalamnya belum hilang.

Diungkapkan dr Mieristika Roosleani (28) dari DuraSkin Center, buah kiwi mengandung banyak manfaat untuk kesehatan dan kecantikan, bahkan juga meningkatkan kecerdasan anak-anak. Karena itu sebagai pakar kecantikan, wanita yang akrap disapa Risty ini menganjurkan para wanita yang ingin tampil sehat dan cantik untuk mengonsumsi buah kiwi sebagai makanan tambahan. Karena vitamin dan gizi yang terkandung di dalam buah ini memiliki kontribusi yang cukup bagi dunia kecantikan.

"Buah kiwi memiliki banyak manfaat untuk kecantikan dan kesehatan tubuh. Vitamin dalam kiwi juga sangat beragam. Kandungan vitamin C di dalam kiwi jumlahnya 17 kali lipat lebih banyak dibandingkan apel. Kiwi juga mengandung vitamin E, B1, B2, B6, dan vitamin A. Peran vitamin C dan E dalam kiwi berfungsi sebagai antioksidan, zat penangkal bebas penyebab penuaan dini dan pencegah sel kanker," katanya saat ditemui di ruang kerjanya di DuraSkin Center, Jalan Kaji No 36 Harmony, Jakarta.

Selain itu, buah kiwi juga mengandung serat yang tinggi, sehingga sangat cocok bagi mereka yang sedang menjalankan program diet. "Jika kita rajin mengonsumsi buah ini, maka program diet dan hidup sehat bisa kita capai bersamaan. Buah kiwi juga mengandung asam folat yang tinggi dan kaya akan vitamin C yang bermanfaat untuk menghilangkan bintik hitam dan mengangkat kotoran," tambahnya.

Di dalam kiwi terkandung asam amino arginin dan glutamate. Arginin bersifat vasodilator atau penurunan tekanan darah dan membantu meningkatkan aliran darah. Asam amino ini juga terbukti mampu mengobati gejala impotensi ringan. Bahkan, asam amino juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir seorang anak yang secara umum dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsinya setiap hari. Perlu diketahui, makanan yang dikonsumsi tersebut akan berpengaruh dalam meningkatkan kemampaun otak. Karena itu selain ikan yang memiliki asam amino yang cukup tinggi untuk kecerdasan, buah kiwi juga direkomendasikan sebagai makanan yang memiliki manfaat serupa dengan ikan.

"Buah kiwi mengandung vitamin C sekitar dua kali lipat dibandingkan buah jeruk dan satu buah kiwi akan memberikan kebutuhan vitamin C harian bagi orang dewasa. Vitamin C penting untuk menyerap zat besi dari dalam makanan. Karena vitamin C tidak bisa disimpan dalam tubuh, maka anak-anak perlu mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari," tambah wanita berparas cantik ini.

Kandungan mineral esensial dalam kiwi juga sangat banyak, seperti kalium, kalsium, magnesium, seng, tembaga, mangan, dan fosfor. Mineral kalium dalam kiwi bisa mencapai 5,4 mg/kalori. Kalium berfungsi menjaga fungsi gerak reflek sistem saraf dan menjaga sistem otot. Mineral ini juga berperan sebagai penurun tekanan darah tinggi. Sedangkan kiwi mampu mencegah serangan jantung dan hipertensi.

Mengonsumsi dua buah kiwi per hari dapat mengurangi lemak darah sampai 15 persen yang biasanya menjadi penyebab penyakit jantung. Selain itu, kiwi pun dikenal sebagai buah yang banyak mengandung vitamin A dan E, demikian pula dengan kalium yang menurut beberapa penelitian mampu mencegah timbulnya stroke dan jantung koroner. Hal ini dimungkinkan karena di dalam tubuh, kalium berperan membuat jantung dapat berdenyut teratur, mengaktifkan kontraksi otot, mengendalikan keseimbangan air dalam jaringan sel dan mengatur tekanan darah. Demikian pula dengan kandungan zat besi yang di dalam tubuh berfungsi sebagai pigmen mengangkut oksigen dalam darah. Sementara oksigen sendiri diperlukan untuk fungsi normal seluruh sel tubuh. (Sumber: lifestyle.okezone.com)

Cokelat Tingkatkan Fungsi Otak

SEBAGAI makanan, cokelat punya banyak status. Selain dianggap sebagai makanan paling favorit di dunia, cokelat bahkan dianggap sebagai makanan paling romantis. Seorang kekasih akan senang apabila menerima sebungkus atau sekotak cokelat sebagai ungkapan sayang. Kegemaran banyak orang terhadap cokelat ternyata cukup beralasan karena dengan mengonsumsi cokelat ternyata bisa meningkatkan fungsi otak, baik bagi pria ataupun wanita.

Hasil penelitian terkini mengindikasikan menikmati cokelat susu akan meningkatkan fungsi otak.
"Cokelat mengandung banyak unsur yang menjadi stimulan, antara lain theobromine, phenethylamine, dan kaffeine," kata peneliti dari Universitas Wheeling Jesuit di West Virginia Bryan Raudenbush.

Lewat penelitian itu, Raudenbush mengatakan, senyawa-senyawa baru dalam cokelat telah ditemukan.
Sebelumnya bersifat meningkatkan tingkat kesadaran dan kemampuan berkonsentrasi dan apa yang diketahui kemudian adalah dengan mengonsumsi cokelat dapat meningkatkan fungsi otak dan menambah peningkatan performa mental.

Bryan Raudenbush dan rekan-rekannya mengatakan, penelitian terhadap kemampuan otak telah dilakukan terhadap sejumlah relawan yang mengonsumsi cokelat dalam beberapa jenis dalam empat kejadian terpisah.
Kelompok pertama mengonsumsi 85 gram batangan cokelat susu, kelompok kedua 85 gram cokelat hitam, kelompok ketiga mengonsumsi 85 gram carob, dan kelompok keempat tidak mengonsumsi apa pun.

Setelah 15 menit berselang, para relawan dalam penelitian ini menjalani beberapa tes neuropsikologis yang didesain untuk melihat performa kognitif, termasuk daya ingat, daya konsentrasi, kemampuan bereaksi, dan kemampuan memecahkan masalah. "Nilai bagi daya ingat verbal maupun visual tertinggi diperoleh oleh mereka yang mengonsumsi batangan cokelat susu dibandingkan dengan ketiga kelompok lainnya," katanya.

Peningkatan daya ingat baik verbal dan visual juga terjadi di kelompok yang mengonsumsi jenis cokelat lainnya. Namun hasilnya berada di bawah kelompok pertama.

Dari penelitian sebelumnya telah diketahui beberapa nutrisi dalam makanan tambahan melepas glukose yang menambah aliran darah yang dapat berpengaruh bagi kemampuan kognitif. Hasil penemuan tersebut mendukung pendapat sebelumnya. Bahkan memperjelas bahwa mengonsumsi cokelat dapat meningkatkan daya kerja otak. (Sumber: lifestyle.okezone.com)

Melatih Disiplin pada Anak

ANAK memiliki disiplin tinggi adalah dambaan setiap orangtua. Namun, tidak mudah mendidik anak untuk bisa mematuhi semua peraturan ayah dan ibunya. Setiap orangtua pasti menginginkan buah hati mereka menjadi anak-anak yang mengerti dan menaati peraturan serta memiliki disiplin tinggi.

Banyak hal tentang disiplin bisa diajarkan kepada anak, misalnya disiplin dalam belajar, beribadah, makan atau minum tanpa harus disuruh, dan si anak bersedia melakukan hal tersebut.

Melatih disiplin pada anak sebenarnya berkaitan erat dengan bagaimana orangtua merespons perilaku si buah hati, dan hal itu akan membentuk tingkah lakunya kelak.

Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah mengajar atau mendidik anak agar mengerti konsep baik dalam tingkah laku dan melatih bertingkah laku yang sesuai dengan aturan. Untuk melatih anak bertingkah laku baik, orangtua harus sabar dan sebaiknya mempunyai beberapa aturan.

Aturan pertama yang harus dilakukan adalah mencegah dan menghindari masalah. Sebagai orangtua, cobalah menghindarkan dan mencegah sesuatu yang nantinya dapat menimbulkan kesalahan perilaku yang tidak diinginkan, seperti menyuruh cepat tidur ketika waktu tidur malam belum tiba atau menyuruh makan ketika lewat jam makan.

Langkah berikutnya yang harus dilakukan orangtua adalah memberikan contoh yang baik serta sikap positif. Apalagi jika anak berbuat hal yang membuat orangtua marah. Sebaiknya orangtua memberikan pengertian yang dapat diterima tanpa harus menggunakan kekerasan fisik.

"Orangtua juga harus memberikan batasan mana yang salah dan mana yang benar,mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Selain bermanfaat bagi orangtua, juga akan berguna bagi anak karena mereka akan nyaman di setiap aktivitas yang dilakukan," kata psikolog alumni Universitas Indonesia, Dr Aziz Widodo.

Ditambahkan Aziz,orangtua sebaiknya memberikan aturan atau batasan apa yang bisa dilakukan anak dan mana yang tidak boleh dilakukan.

"Ajarkan anak mengucapkan kata tolong ketika dia meminta. Selain itu, dengan kesabaran dan bimbingan orangtua, anak akan belajar membedakan sesuatu yang salah dan benar," terang psikolog bertubuh bongsor itu.

Agar anak mengerti apa yang bisa dilakukan dan yang tidak, orangtua diharapkan mampu mengatakan harapannya kepada anak secara terbuka. "Biasanya karena sayang kepada orangtuanya, anak akan mudah menjalankan aturan jika mendengar harapan-harapan orangtua. Ini dilakukan anak karena ingin membuktikan cintanya kepada orangtua," beber Aziz.

Yang harus diperhatikan orangtua selanjutnya, kata Aziz, adalah konsisten ketika membuat aturan dan konsistensi dalam menjalankan aturan tersebut. Misalnya, hari ini anak disuruh tidur pukul delapan, tetapi besok pukul sembilan. Hal ini dapat mengundang ketidakpatuhan dan hampir tidak mungkin untuk mendisiplinkan anak.

Aturan-aturan dan rutinitas yang telah ditetapkan dalam sebuah keluarga harus terus diterapkan meskipun orangtua dalam keadaan lelah sepulang bekerja.

"?Sikap yang tidak konsisten dapat membuat anak menjadi bingung untuk belajar berperilaku. Jelaskan kepada mereka mengapa ada perubahan dan hanya terjadi pada hal-hal tertentu jika ada peraturan yang berubah," tuturnya.

Yang wajib pula dilakukan orangtua agar anakanak bisa disiplin adalah menunjukkan ketegasan serta jangan terpengaruh jika anak menangis atau merengek ingin melanggar aturan yang telah disepakati.

"Jika orangtua terlalu lunak atau selalu mengalah, anak akan suka membantah. Anak akan menemukan 'sesuatu' untuk mendapatkan respons yang dia inginkan. Lebih baik menunjukkan ketegasan kepada anak, karena jika tidak menekankan batasan yang boleh dia lakukan, maka kita merampas anak untuk mengerti bagaimana bertingkah laku yang baik," papar psikolog anak yang berdomisili di daerah Bogor itu.

Selain itu, pesan akan lebih mudah diterima oleh anak ketika orangtua menyampaikannya secara santai dan sikap yang rasional. Membentak dapat menurunkan mental anak dan anak akan meniru.

Jika terlalu diam, anak akan menganggap apa yang dilakukannya adalah benar dan akan melakukan hal serupa lagi. Batasan yang tegas bakal mengajarkan anak kapan dia harus menghentikan perilaku yang tidak dikehendaki dan menurut pada orangtuanya.

Misalnya dengan mengeluarkan perkataan, "Jangan melempar-lempar mainanmu seperti itu". Batasan tegas seperti itu paling baik jika ditunjukkan dengan suara orangtua yang terdengar tegas seperti komando serta mimik muka yang serius.Batasan yang terlalu lunak alias tidak tegas dapat membuat anak mempunyai pilihan,menurut atau membangkang.

Senada dengan Aziz, Kepala SDN IX Kelapa Gading, Jakarta Utara, Achmad Sholeh mengatakan bahwa anak-anak bisa dengan sukarela menjalankan aturan jika dari awal telah ditanamkan pentingnya nilai-nilai kebaikan.

"?Cara anak bertingkah di sekolah bisa mencerminkan bagaimana dia dididik di rumah," ujar Achmad Sholeh, yang dihubungi beberapa waktu lalu. Menurutnya, di sekolah anak lebih mudah menjalankan aturan dibandingkan di rumah.
Itu karena di sekolah mereka merasa tertantang dan malu pada teman-temannya jika melanggar aturan yang ada. ?"Ada baiknya, di rumah orangtua juga memberlakukan aturan dengan kompensasi atau hukuman apabila si anak melanggar," sarannya. (Sumber: lifestyle.okezone.com)