Senin, Juli 27, 2009

Melatih Disiplin pada Anak

ANAK memiliki disiplin tinggi adalah dambaan setiap orangtua. Namun, tidak mudah mendidik anak untuk bisa mematuhi semua peraturan ayah dan ibunya. Setiap orangtua pasti menginginkan buah hati mereka menjadi anak-anak yang mengerti dan menaati peraturan serta memiliki disiplin tinggi.

Banyak hal tentang disiplin bisa diajarkan kepada anak, misalnya disiplin dalam belajar, beribadah, makan atau minum tanpa harus disuruh, dan si anak bersedia melakukan hal tersebut.

Melatih disiplin pada anak sebenarnya berkaitan erat dengan bagaimana orangtua merespons perilaku si buah hati, dan hal itu akan membentuk tingkah lakunya kelak.

Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah mengajar atau mendidik anak agar mengerti konsep baik dalam tingkah laku dan melatih bertingkah laku yang sesuai dengan aturan. Untuk melatih anak bertingkah laku baik, orangtua harus sabar dan sebaiknya mempunyai beberapa aturan.

Aturan pertama yang harus dilakukan adalah mencegah dan menghindari masalah. Sebagai orangtua, cobalah menghindarkan dan mencegah sesuatu yang nantinya dapat menimbulkan kesalahan perilaku yang tidak diinginkan, seperti menyuruh cepat tidur ketika waktu tidur malam belum tiba atau menyuruh makan ketika lewat jam makan.

Langkah berikutnya yang harus dilakukan orangtua adalah memberikan contoh yang baik serta sikap positif. Apalagi jika anak berbuat hal yang membuat orangtua marah. Sebaiknya orangtua memberikan pengertian yang dapat diterima tanpa harus menggunakan kekerasan fisik.

"Orangtua juga harus memberikan batasan mana yang salah dan mana yang benar,mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Selain bermanfaat bagi orangtua, juga akan berguna bagi anak karena mereka akan nyaman di setiap aktivitas yang dilakukan," kata psikolog alumni Universitas Indonesia, Dr Aziz Widodo.

Ditambahkan Aziz,orangtua sebaiknya memberikan aturan atau batasan apa yang bisa dilakukan anak dan mana yang tidak boleh dilakukan.

"Ajarkan anak mengucapkan kata tolong ketika dia meminta. Selain itu, dengan kesabaran dan bimbingan orangtua, anak akan belajar membedakan sesuatu yang salah dan benar," terang psikolog bertubuh bongsor itu.

Agar anak mengerti apa yang bisa dilakukan dan yang tidak, orangtua diharapkan mampu mengatakan harapannya kepada anak secara terbuka. "Biasanya karena sayang kepada orangtuanya, anak akan mudah menjalankan aturan jika mendengar harapan-harapan orangtua. Ini dilakukan anak karena ingin membuktikan cintanya kepada orangtua," beber Aziz.

Yang harus diperhatikan orangtua selanjutnya, kata Aziz, adalah konsisten ketika membuat aturan dan konsistensi dalam menjalankan aturan tersebut. Misalnya, hari ini anak disuruh tidur pukul delapan, tetapi besok pukul sembilan. Hal ini dapat mengundang ketidakpatuhan dan hampir tidak mungkin untuk mendisiplinkan anak.

Aturan-aturan dan rutinitas yang telah ditetapkan dalam sebuah keluarga harus terus diterapkan meskipun orangtua dalam keadaan lelah sepulang bekerja.

"?Sikap yang tidak konsisten dapat membuat anak menjadi bingung untuk belajar berperilaku. Jelaskan kepada mereka mengapa ada perubahan dan hanya terjadi pada hal-hal tertentu jika ada peraturan yang berubah," tuturnya.

Yang wajib pula dilakukan orangtua agar anakanak bisa disiplin adalah menunjukkan ketegasan serta jangan terpengaruh jika anak menangis atau merengek ingin melanggar aturan yang telah disepakati.

"Jika orangtua terlalu lunak atau selalu mengalah, anak akan suka membantah. Anak akan menemukan 'sesuatu' untuk mendapatkan respons yang dia inginkan. Lebih baik menunjukkan ketegasan kepada anak, karena jika tidak menekankan batasan yang boleh dia lakukan, maka kita merampas anak untuk mengerti bagaimana bertingkah laku yang baik," papar psikolog anak yang berdomisili di daerah Bogor itu.

Selain itu, pesan akan lebih mudah diterima oleh anak ketika orangtua menyampaikannya secara santai dan sikap yang rasional. Membentak dapat menurunkan mental anak dan anak akan meniru.

Jika terlalu diam, anak akan menganggap apa yang dilakukannya adalah benar dan akan melakukan hal serupa lagi. Batasan yang tegas bakal mengajarkan anak kapan dia harus menghentikan perilaku yang tidak dikehendaki dan menurut pada orangtuanya.

Misalnya dengan mengeluarkan perkataan, "Jangan melempar-lempar mainanmu seperti itu". Batasan tegas seperti itu paling baik jika ditunjukkan dengan suara orangtua yang terdengar tegas seperti komando serta mimik muka yang serius.Batasan yang terlalu lunak alias tidak tegas dapat membuat anak mempunyai pilihan,menurut atau membangkang.

Senada dengan Aziz, Kepala SDN IX Kelapa Gading, Jakarta Utara, Achmad Sholeh mengatakan bahwa anak-anak bisa dengan sukarela menjalankan aturan jika dari awal telah ditanamkan pentingnya nilai-nilai kebaikan.

"?Cara anak bertingkah di sekolah bisa mencerminkan bagaimana dia dididik di rumah," ujar Achmad Sholeh, yang dihubungi beberapa waktu lalu. Menurutnya, di sekolah anak lebih mudah menjalankan aturan dibandingkan di rumah.
Itu karena di sekolah mereka merasa tertantang dan malu pada teman-temannya jika melanggar aturan yang ada. ?"Ada baiknya, di rumah orangtua juga memberlakukan aturan dengan kompensasi atau hukuman apabila si anak melanggar," sarannya. (Sumber: lifestyle.okezone.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar